Monday 3 February 2014

Kerna Aku Manusia




كمال الحب مع كمال الخضوع
(Sempurnanya cinta bersama sempurnanya ketundukan)

Tatkala manusia itu mengatakan cinta, belum ternyata ia cinta sesungguhnya tatkala perbuatan dan tingkahlaku tak selari dengan apa yang dicintainya.

Sebagai contoh, seorang hamba itu mengakui mencintai Tuhannya tapi dalam masa yang sama bergelumang dalam perkara yang dimurkaiNya. Bagaimana mungkin cinta itu sempurna?

Cinta itu datang bersama ketundukan dan kepatuhan terhadap apa yang dicintai. Cinta itu perlu mujahadah untuk mempertahankannya. Sesungguhnya hamba tak dapat lari dari melakukan kesalahan. Ada masa ia cuai atau melampaui batas terhadap cinta pada Rabbnya.

Kerna fitrah hamba itu tak pernah lepas dari melakukan kesalahan meski orang memandangnya sebagai seorang manusia yang baik. Adakala ia mula sedar dan memahami nikmat mengenal islam dan tuhannya, dan ada satu masa ia kecundang kembali dalam dosa jahiliyyahnya dahulu.

Maka tatkala itu, itu akan meninggalkan satu rasa yang amat menyakitkan. Akan tetapi, rahmat dan kasih sayang Allah itu teramat luas.

Dalam surah al-Zumar ayat 53:

"Katakanlah: "Wahai hamba-hambaKu yang telah melampaui batas terhadap diri mereka sendiri (dengan perbuatan-perbuatan maksiat) , janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah kerana sesungguhnya Allah mengampunkan segala dosa,sesungguhnya Dialah jua yang Maha Pengampun lagi Maha Mengasihani"

Cinta itu tidak akan duduk tenang tanpa pergolakan. Akan ada banyak cabaran dan dugaan. Mungkin ada masa kita sebagai hamba Allah mampu untuk menghadapinya dan ada masa kita kecundang mempertahankan cinta terhadap Rabb yang Esa.

Tetapi, selagi kita berusaha untuk mempertahankan rasa ketundukan dan kepatuhan, itulah cinta. Dalam hidup manusia kita kadangkala banyak mengungkap definisi cinta tetapi tatkala cinta itu datang kita akan malu dan kelu dengan keterangan sendiri. 

Cinta itu adalah satu perasaan yang hanya dapat difahami oleh orang yang merasainya.

Misal,cuba describe manis.

Maka seorang manusia itu tidak dapat memberi gambaran yang jelas tentang manis kepada orang yang bertanya melainkan dia sendiri yang merasa manis itu bagaimana.

Begitulah juga tatkala kita mengatakan manisnya iman. Seorang hamba Allah tidak akan dapat mengungkap dan menjelaskan kepada orang lain dengan baik melainkan orang itu merasainya sendiri.

Ya,mungkin kita boleh memberitahunya tapi rasa itu tak semua orang boleh memahaminya kecuali dia merasai dalam jiwa dah jantung hatinya.

Hidup manusia begitulah. Fitrahnya memerlukan cinta cuma tatkala pemahaman tidak selari dengan keinginan maka cinta itu akan terpesong.

Misal, dia tidak memahami islam dan iman. Jadi tatkala cinta itu datang, maka ia akan datang dalam bentuk keinginan semata-mata. Kenalilah islam yang sangat cantik dan indah ini. Dengan mengenali Allah yang pertama dalam hidupnya.

Dalam surah Yunus 57:

"Wahai manusia! Sesungguhnya telah datang kepadamu satu nasihat pengajaran dari Tuhan kamu, dan apa menjadi penawar bagi apa (penyakit-penyakit) yang ada dalam dada kamu, dan juga menjadi petunjuk serta membawa rahmat bagi orang yang beriman."

Kebahagiaan bukan soal tentang harta, tetapi soal jiwa manusia yang pada hakikatnya kehausan kasih dan cinta Ilahi. Maka Al-Quran dan Sunnah membimbing seorang individu itu mencari kebahagiaan hakiki. Sesungguhnya Al-quran itu menyembuh apa jua kesakitan dalam jiwa dan jantung hati manusia itu.

Dan sesungguhnya mengetahui agama belum tentu menjadikan seseorang itu dekat kepada Allah. Jujurnya betapa ramai manusia yang memakai gelaran agama , namun gagal mendampingkan diri kepada Allah.

Maka cinta yang sesungguhnya itu bukanlah setakat mencari ilmu tetapi haruslah mengikhlaskan diri kepadaNya dan pergantungan hanya Dia.

Sakinah dan mawaddah itu mewujudkan elemen cinta. Lontaran sakinah dan mawaddah itu hanya dari Allah. Tatkala kita mencari selain Dia, itu bukanlah elemen cinta yang sesungguhnya.




0 comments :

Post a Comment

 

i-Imtinan Copyright © 2014 Designed by Alieff Artwork